Kebiasaanini telah dilakukan bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan waktu banyak untuk melemparkan sekantong sampah ke sungai. Kekurangan yang lain karena tidak tersedianya tong sampah yang cukup oleh pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan. Bukan rahasia umum lagi kalau ada tanah kosong yang tidak ditempati, dipenuhi oleh sampah-sampah. Hai, Sobat Guru Penyemangat, pernahkah Sobat bertanya kepada diri sendiri mengapa kita harus membuang sampah pada tempatnya meskipun sudah ada petugas pembersih sampah?Agaknya pertanyaan di atas cukup menggelitik, ya, kan?Bila diperkenankan untuk menjawab, maka jawaban Guru Penyemangat ialah karena petugas pembersih sampah itu cuma sedikit, sedangkan jumlah kita sebagai masyarakat sangat demikian, kalaulah kemudian setiap warga membuang sampah sembarangan dan menunggu petugas kebersihan untuk membersihkannya, maka dunia ini bisa saja penuh dengan pada sajian kali ini bakal menghadirkan cerpen bertema pentingnya menjaga pendek berikut berkisah tentang betapa pentingnya kesadaran diri dalam menjaga kebersihan lingkungan dari disimak yaCerpen Pagi yang Mengubah SikapkuOleh Fahmi Nurdian SyahHari ini merupakan hari Minggu, ayah libur bekerja. Seperti hari minggu biasanya, pagi ini ayah telah bersiap-siap untuk berolahraga mengelilingi daerah sekitar pernah bilang jika berolahraga maka tubuh kita akan menjadi sehat dan kuat. Aku pun menghampiri ayah untuk ikut bersamanya. “Ayah bolehkah aku ikut?” memperlihatkan giginya dan menganggukkan kepalanya. Aku pun bersiap untuk pergi berlari pagi dengan ayah. Setelah bersiap, aku mulai berlari kecil dengan pagi sangat segar. Langit di pagi hari yang berwarna jingga terlihat sangat indah. Mentari mulai muncul ketika kami berlari. Sinarnya di pagi hari begitu hangat. “Pagi yang indah menyambutku hari ini," pikirku. Tak lama kemudian kami melewati gorong-gorong yang terbuka. Terdapat sampah yang berserakan di dalamnya. Sampah botol, plastik, gelas kertas dan lain-lain. Ayah menoleh ke arahku karena aku mulai melambat. “Kenapa Yana?” tanya ayahku.“Tidak apa-apa, Ayah,” jawabku dengan tersenyum. Kami lanjut berlari. Setelah beberapa menit kami berlari, akhirnya kami melewati jalan setapak di atas berjalan sedikit dari sana, melewati beberapa rumah, kami akan sampai di rumah kami. Aku mulai merasa letih dengan keringat yang membasahi tubuhku. Lariku mulai melambat. “Akhirnya sampai sungai," ucapku sambil melihat ayah yang tersenyum padaku. “Semangat, Yana.” Ayah yang tersenyum melihat kegembiraanku. Sambil berlari aku lihat sungai kecil itu. Banyak sampah yang tersangkut di bawah tapak ini dibangun di atas sungai dan sampah-sampah itu tersangkut di pinggir jalan. Karena aku sudah letih aku hanya berjalan terus supaya cepat sampai di rumah. Sesampainya di rumah, pak RT datang menyapa dan berbincang engan ayah di depan pagar rumah. Setelah bersalaman, aku masuk ke rumah menuju ke kulkas. “Segarrr." Seketika dahagaku hilang. Setelah berbicara dengan pak RT, ayah duduk di depanku dan minum air juga. Kemudian ia bilang ke ibu jika ada gotong royong RW 04. “Nanti ada gotong royong buat bersihin gorong-gorong dan sungai dekat RT 03. Semalam hujan, jadi sampah-sampah terbawa ke pinggir jalan. Air sungai juga tadi gak terlalu lancar. Iya kan, Yana?” “Ya. Masa, Bu, aku liat gorong-gorongnya dan di sungai banyak sampah-sampah yang nyangkut di pinggir jalan. Ibu kenapa banyak sampah?” tanyaku“Itu karena masih ada orang yang buang sampah sembarangan. Sepertimu, kemarin ibu lihat sepulang bermain kamu buang sampah jajan kamu di jalan," jawab ibuku yang duduk di sebelahku. Aku hanya tersenyum dan berkata “kan cuma buang sampah satu, Bu."Boleh Baca Cerpen Tentang Seseorang yang Hidup dari Sampah“Yana, buang sampah harus pada tempatnya. Jika kamu berpikir buang sampah satu gak apa-apa, bagaimana kalau ada 20 orang yang berpikir sama sepertimu? Jadi numpuk kan sampahnya.” Jelas yang mendengar pun menggeleng-gelengkan kepalanya.“Ada juga orang yang masih buang sampah bukan ke tempat pembuangan sampah tapi malah buang sampah ke sungai. Jadi ketika hujan turun, sampah-sampah tersebut menyumbat aliran sungai dan mengotorinya” lanjut kata ayah “Terus kenapa kita yang harus bersihin sampahnya yah? Tugasin saja kepada petugas kebersihan." “Yana, lingkungan ini juga lingkungan kita. Menjaga kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab kita, bukan hanya petugas kebersihan. Kita sudah diberi berkah oleh Yang Maha Kuasa berupa hujan. Jangan sampai hujan itu malah menjadi musibah karena ulah kita. Misalnya tadi waktu kita lari, kamu lihat kan gorong-gorong banyak sampahnya. Aliran sungai juga tersumbat gara-gara banyak sampah. Untung tidak menimbulkan banjir.” Ucap ayah “Iya Ayah maaf, Yana gak akan buang sampah sembarangan lagi." “Mulai sekarang buang sampah di tempatnya ya, Nak”, kata ibu sambil mengelus kepalaku.“Ya, Ibu," jawabku dengan menyesal.“Oke, sekarang kita siap-siap untuk gotong royong bareng warga," kata ayahku yang berjingkat dari tempat duduknya. “Siap, Ayah." Aku dan ayahku pun pergi bergotong royong dengan warga sekitar membersihkan Baca Cerpen Gotong RoyongSewaktu ayah dan warga membersihkan sungai, aku melihat dari samping dan membantu membuang sampah ke tempat yang sudah disediakan. Ibu bergabung dengan ibu-ibu yang lain memasak untuk diberikan warga seusai bergotong bergotong royong, gorong-gorong dan sungai terlihat bersih dan tidak ada sampah yang menggumpal. Warga sekitar pun diimbau untuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah di sungai agar daerah kami tidak terkena tidak membuang sampah sembarangan, dapat menjaga kebersihan lingkungan.~ SELESAI~
Ψቆξ еվէላоለωγо ኅадоጽахኸврኛ оζепችኃиλ
Еղушէ иկигя оռխсուλЖок ажεጆዔлυцаг օչеκጢእ
Есеթ ፕտጅզէ углогΣ αд
Жиጣябա σጂκанэፔрсէрቄለоቫ гэвիτащыςа
Cacimaki sering ku terima karena aku hanya setumpuk sampah. Manfaat yang kita dapat jika kita membuang sampah pada tempatnya yaitu. Wali Kelas menjelaskan tentang arti pentingnya kebersihan sungai agar masyarakat di sekitar terbebas dari banjir saat musim hujan datang. Cerpen atau cerita pendek bertema pendidikan mengandung nilai-nilai
Daerah ini rawan banjir. Karena banjir tidak semuanya bencana alam terkadang banjir terjadi karena ulah manusia itu sendiri. Cerpen Bencana Alam Banjir Lukisan Jalan di depan rumah penuh dengan penuh dengan bencana banjir. Lantai dasar riuh rendah dengan suara anak-anak berlarian. Musim hujan mulai tiba banjir pun mulai menghampiri Kabupaten Indragiri Hulu. Lalu kalau sudah terlanjur bagaimana kita menghadapi persoalan banjir. PDF Bencana Alam Hayatun Nufus - Academiaedu Bencana. Untuk mengatasi seperti ini lagi besok warga warga RT kita akan mengadakan kerja bakti untuk membersihkan sungai kita yang saat ini sedang tercemar. Banjir terjadi karena banyak hal seperti hujan yang berlebihan meluapnya aliran sungai sungai danau atau lautan. Menurut Ustaz Bobby ada hikmah di balik musibah banjir yang terjadi. Di dalam rumah air masuk hingga ketinggian lima sentimeter. Cerpen Lingkungan Hijau Macam macam bencana alam PDF PEMBUATAN BUKU CERITA ANAK BERMUATAN PENANGGULANGAN BENCANA. Contoh Cerpen Bencana Alam. Ia tinggal di kampung dekat pantai. Di sisi lain banjir dan tanah longsor juga terjadi di Desa Rumbia Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto sejak Jumat 126 pukul 1700 WITA. Selain banjir karena hujan kampung itu juga sering dilanda banjir karena air laut pasang. Seminggu yang lalu. Banjir sangat berbahaya dan berpotensi menyapu bersih seluruh kota garis pantai atau daerah dan menyebabkan kerusakan luas pada kehidupan dan properti. Berikut laporan situasi bencana bajir yang dilaporkan oleh Divisi Kebencanaan dan Pengurus Daerah PD Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN. Kabupaten Indragiri Hulu Kecamatan Seberida Batang Cenaku Rakit Kulin. Ustaz Bobby Hariwibowo Lc berpendapat ada beberapa hal yang mesti dilakukan manusia pasca musibah banjir. Cerpen Kehidupan Cerpen Keluarga Cerpen Lingkungan. Bukan Bencana Alam Awal Bencana. Di tengah kesejukan sore itu terdengar suara anak-anak yang sedang bermain sepak bola di lapangan. 40 BENCANA ALAM DAN PERAN MANUSIA Gambar Bencana Alam Sejak dulu File UPI bencana banjir. Di setiap daerah tentu ada cerita rakyat ataupun dongeng yang berkaitan dengan bencana alamBencana alam adalah kerusakan yang diakibatkan oleh alam seperti gunung meletus gempa bumi maupun banjirBaca juga contoh Warta bahasa sunda yang. Banjir adalah bencana yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan tidak memadainya saluran pembuangan air. Agar bencana banjir seperti ini tidak terjadi lagi kata Pak RT. Yuk cari tahu penjelasan lengkap tentang contoh bencana alam klimatologis berikut ini. Hampir dua pekan permukiman warga di tepian Sungai Lulut anak Sungai Martapura itu dilanda banjir dan air belum juga surut. Hujan turun dengan deras. Jarak antara rumahnya dengan laut hanya sekitar satu kilometer. Riau Lokasi Bencana. Cerpen Anak Cerpen Lingkungan. Siklus ini hanya dugaan saja sebenarnya banjir bisa terbentuk akibat kurangnya kesiapan menghadapi musim datangnya penghujan misalnya gorong gorong yang mampet endapan sungai yang tebal dan masih banyak perilaku masyarakat yang membangu lahan di kawasan hijau dan dataran banjir. Ibu sibuk memindahkan barang. Adapun penyebab rawan banjir atau genangan air di titik-titik tersebut akibat drainase yang bermasalah. Tanah persawahan sudah mulai lembab. Bulan penghujan sudah mulai datang. Setiap pedesaan pasti mempunyai program dalam pembenahan untuk berkembang dan memajukan desanya seperti membersihkan selokan memotong rumput membangun irigasi merapikan pohon yang ke jalan membersihkan sampah-sampah dan masih banyak lagi program-program pada setiap desa untuk mengatipasi bencana alam supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan seperti pohon tumbang banjir. Bencana tersebut dipicu tingginya intensitas hujan sejak pukul 1300 WITA. Banjir juga memiliki kekuatan erosif yang besar dan bisa sangat merusak. Kembali ke masalah banjir Umumnya permasalahan banjir tentu tidak lepas dari masalah ruang hijau atau daerah serap hujan. Gini Pak kan RT kita terkena banjir nih. Contoh Bencana Alam Klimatologis. Di wilayah hulu degradasi hutan menjadi kawasan pertambangan dan. Kebakaran Hutan dan Lahan. Penyebab lainnya adalah semakin diperparah dengan adanya tumpukan sampah dari masyarakat sekitar. Wah banyak cara yang bisa kita lakukan sedini mungkin mulai dari pembenahan sistem hidrologi perkotaan pembuatan sumur resapan pembuatan biopori pembukaan lahan sampai penggalakan reboisasi dan. Sore itu kota Tuban terasa lebih sejuk. Bencana banjir memang tidak bisa kita hindari tetapi bisa kita minimalisir dengan cara penanggulan banjir. Indah adalah saudara sepupu Dimas. Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko BencanaBerbagai bencana alam mulai gempa bumi tsunami letusan gunung berapi banjir tanah longsor kekeringan dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia Contoh cerpen. Cerpen Gempa Bumi cerpen Gempa Bumi contoh paragraf deduktif tentang bencana alam - Brainlycoid Bencana Alam Tsunami Cerpen Tsunami Contoh Cerpen tentang Bencana Terbaru - Contoh Cerita Cerpen. Naik ke lantai 1 di ruang tamu memang agak sepi tapi di musala yang ada di lantai itu ibu-ibu sangat banyak. Pertama manusia harus menjauhi maksiat yant dapat menurunkan murka Allah SWT Kedua manusia harus memuliakan alam semesta Ketiga bersabar atas ujian yang Allah turunkan. BANJARMASIN KOMPAS Banjir besar di Kalimantan Selatan pada awal tahun ini disinyalir tidak hanya dipicu hujan ekstrem tetapi juga akibat rusaknya daerah tangkapan air. Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia demikian menurut United Nations International Stategy for Disaster ReductionUNISDR. Kadang-kadang guruh menggelagar didahului kilat yang menerangi langit sekejap. Contoh dari bencana alam klimatologis adalah badai banjir kekeringan kebakaran lahan dan hutan dan masih banyak lagi. Cerita bencana alam banjir - cerpen bencana alam di bawah ini. Seperti menyediakan tempat resapan air memperlebar sungai dan tidak membuang sampah sembaranguan. Akibat bencana tersebut empat warga dilaporkan hilang. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir badai banjir bandang angin puting Ini wilayah terdampak banjir bandang Manado Daerah SINDOnews Ini wilayah terdampak banjir bandang Manado yang dibutuhkan oleh warga yang kena musibah bencana alam ujarnya Rabu 1512014. Beberapa hari terakhir kantor kami sangat ramai. Cerpen Contoh Cerpen Bencana Alam Sketsa Cerpen Bencana Alam Banjir Lukisan Cerpen Puisi Tentang Banjir Cerpen Bencana Alam Banjir Lukisan Cerpen Bencana Alam Banjir Lukisan Contoh Cerita Pendek Tentang Banjir Dengan Cerpen Gempa Bumi Cerpen Bencana Alam Banjir Lukisan 1 Negeri Sampah Awalnya aku terkejut setelah istriku membuang sampah di sungai belakang rumahnya. Bagaimana tega, air yang sebegitu jernihnya ditimpa sampah dapur. " Kok dibuang ke sungai Dik " tanyaku pada istri yang baru saja kunikahi semingu lalu. " Terus dibuang kemana mas " jawabnya, menanya balik padaku.
Hampir seminggu setelah hujan mengucur deras. Orang-orang mengungsi di masjid. Genangan air tak kunjung surut. Tingginya sepinggul orang dewasa. Banjir itu datang bersamaan dengan jebolnya bendungan Sungai Campoan. Tiap hari awan hitam membungkus permukaan langit, disertai gerimis tipis liris serupa helai-helai rambut. Mereka berusaha meredam cemas. Khawatir rumah yang ditinggalkan sudah diseret air bah. “Ikhlaskan kalau memang rumah harus diseret banjir.” Maksan, laki-laki berkumis tebal, menepuk pundak kawannya yang menampakkan wajah murung. “Kalau air tak kunjung surut, apa tidak mungkin masjid ini juga bisa-bisa ditenggelamkan banjir?” tanya Kasno kepada Maksan. Mereka berdua bertetangga. Tapi, pembicaraan di antara mereka terjadi setelah dua lelaki paruh baya itu sama-sama mengungsi di masjid itu. Sebelum banjir datang, Kasno dan Maksan jarang bertegur sapa, apalagi sampai mengobrol berjam-jam seperti ini. “Masjid adalah tempat paling aman. Tak mungkin banjir bisa menenggelamkan rumah ibadah ini,” kata Maksan sembari menyulut sebatang rokok. Dingin menghunus setiap inci kulit. Orang-orang mengobrol dalam masjid, mengusir rasa bosan yang mulai menghinggapi benak mereka. Berlama-lama mengungsi tentu tidak nyaman. “Mengapa bisa begitu?” Kasno mengernyitkan dahinya. Menyipit matanya. Dipandanginya wajah Maksan yang tampak biasa-biasa saja. Diembuskannya asap rokok yang melegakan pikiran rumit Maksan. “Ini tempat ibadah. Rumah Allah. Tidak mungkin Allah akan menenggelamkan rumahnya sendiri.” Maksan mengulas senyum di bibirnya. Kasno menganggukkan kepala mendengar penjelasan Maksan pada pagi lembab. “Itulah mengapa orang-orang kerap berlindung di masjid ketika banjir datang.” Kasno menambahkan dengan binar-binar di matanya, mendahului ucapan Maksan. Beberapa jenak kemudian, Kasno merogoh sebungkus rokok dalam sakunya. Tidak tahu kapan air akan surut sehingga Kasno kerap berdoa agar air itu sesegera mungkin susut, menyingkir dari rumah-rumah penduduk. Namun, air justru bertambah meskipun hujan tidak turun setiap hari lagi, sebagaimana hari-hari sebelumnya. “Mungkin kita disuruh lebih lama tinggal di masjid supaya ingat ibadah,” bicara Kasno tak lebih serupa desis. Maksan tak menanggapi gumam kawan akrab satu-satunya, yang baru ia sadari kalau laki-laki itu tetangga sebelah rumahnya. Ia menikmati isapan demi isapan asap yang keluar masuk dari dada ringkihnya yang kian menyempit. Ketika awan membiarkan celah matahari bersinar menerpa tubuh dua laki-laki di samping masjid itu, Maksan mendadak terisak. Dibuang sebatang rokok yang masih menyala. Ia menundukkan wajah. Laki-laki bertubuh agak kerempeng itu ingat akan kematian sang istri. Pagi agak lembab ketika istrinya terperosok ke lubang parit di antara genangan air yang masih selutut. Waktu itu, istri Maksan berkukuh tetap tinggal di rumah. Sebagian warga mulai mengungsi, tidak mau menanggung risiko. Khawatir luapan air Sungai Campoan disertai curah hujan yang seakan siap menuangkan air dalam jutaan meter kubik per detik membuat mereka tak sanggup menyelamatkan diri. Mastini, istri Maksan, keras kepala. Tak mau dengar omongan-omongan tetangga, termasuk ucapan suaminya yang berkali-kali membujuk perempuan 35-an itu meninggalkan rumah. “Percayalah. Tak mungkin banjir,” ujarnya lembut pada Maksan. Kata-kata itu diulang-ulang begitu Maksan melontarkan bujukan padanya. Padahal Maksan menyadari, air itu mulai bertambah setiap harinya. Maksan menatap genangan air di depan rumahnya, yang lambat laun tingginya bertambah. Kematian istrinya menjadi jawaban bagi Maksan, mengapa perempuan berkulit kuning langsat itu tak mau meninggalkan rumah. Seseorang diminta menjemput Bardi, anak Maksan, ke sekolah. Jasad Mastini dibaringkan di atas lincak. Kecipak air di bawah ranjang bergoyang-goyang, lalu mengalir pelan-pelan ke setiap sudut rumah. Tangis Bardi meledak ketika bocah tujuh tahun itu berdiri di ambang pintu, melihat ibunya dikerumuni orang-orang. Maksan ikut menitikkan air mata. Ia menarik tubuh anaknya dari dekapan sang ibu. Bergotong royong warga menggali liang kubur secepat mungkin. Dikhawatirkan air makin bertambah. Kubur digali di pemakaman keluarga, di antara air yang pelan-pelan merambat masuk ke dalam. “Setiap tahun, setiap banjir pasti ada yang meninggal,” celetuk seseorang yang ikut ke pemakaman. “Mungkin karena makin banyak gedung berdiri, makin sedikit daerah resapan air, dan sungai-sungai kian menyempit.” “Mungkin pula karena Allah sedang menguji hamba-hamba-Nya.” “Bagaimana kalau itu azab?” Pertanyaan muncul dari mulut laki-laki berkumis tipis. Orang-orang jadi terdiam. Hanya bisa memandangi raut muka laki-laki itu. Mereka menghela napas panjang, melegakan tenggorokannya sekaligus mengaburkan bayangan kengerian perihal banjir yang dibilang azab oleh laki-laki dengan tulang-belulang serupa batang lidi pada sebidang dadanya itu. Jasad Mastini dimasukkan ke dalam liang lahat. Bardi menjerit. Sesaat kemudian, ia menangis panjang dan amat menyayat. Maksan menabur bunga di atas pusara sang istri. Nisan dipegangnya erat. Tak ingin dilepas. Wajah Bardi, anak mereka, membenamkan wajahnya ke dalam dada Maksan. Tujuh menit setelah orang-orang meninggalkan pemakaman. Mereka berdua juga ikut membawa langkahnya, menerabas air yang senantiasa mengalir, dengan ketinggian setumit orang dewasa. Tak sampai tujuh hari Maksan di rumah. Ia mesti meninggalkan rumah satu-satunya itu dengan menyimpan luka di dadanya lantaran tak bisa mengadakan tahlilan selama tujuh hari bagi sang istri. Warga berbondong-bondong menuju masjid, kurang lebih lima kilometer dari rumah yang mereka tinggalkan. Maksan bersama Bardi terpiuh-piuh melangkah menuju masjid. Dikabarkan melalui siaran televisi, banjir hampir menenggelamkan separuh kota. Orang-orang tercengang sekaligus heran, mengapa masjid-masjid tak tersentuh oleh air. Pengungsian dipusatkan di masjid-masjid karena itu cuma satu-satunya tempat yang luput dari serangan banjir. Aneh, pikir orang-orang dalam tempurung kepalanya. Sementara Maksan, selalu setiap hari, lepas maghrib mengaji di dalam masjid. Mengirim doa-doa kepada sang istri, yang kini mungkin makam itu sudah dilumat oleh banjir. Kasno mengakui kesedihan kawannya itu berlipat ganda mencekik hidupnya. Kerut-kerut di kening Maksan membentuk garis terombang-ambing. Sorot matanya suram. Kasno merasa bersyukur, banjir kali ini tak merenggut seorang pun nyawa keluarganya. Meskipun begitu, ia pernah menangis untuk kematian ayahnya sewaktu banjir melanda tahun lalu. “Apakah banjir memang kerap minta tumbal?” Maksan bertanya kepada Kasno. Tersenyum Kasno mendengar Maksan mengajukan pertanyaan serupa itu. Wajar Maksan melontarkan kalimat itu karena ia kerap menjadi saksi kematian warga setiap tahun, setiap kali banjir menghajar rumah mereka. Termasuk atas kematian ayah Kasno. “Banjir datang karena manusianya sendiri yang meminta. Sungai-sungai dipersempit. Sampah dibuang di sungai. Maka, ke mana lagi air itu akan mengalir jika tempat yang semestinya diusik.” Ucapan Kasno membuat Maksan merenung. Masuk ke dalam dirinya sembari membenarkan perkataan Kasno dalam hatinya. Mendung menggantung di langit. Dua laki-laki itu masuk ke dalam masjid. Mereka ingat belum mengerjakan shalat Isya. Kamis malam kesepuluh, lepas isya Maksan dikejutkan dengan mengalirnya air ke halaman masjid. Tujuh menit berlalu, air itu kian bertambah. Semula Maksan mengira air selokan masjid sedang meluap karena hujan mengucur deras semalam. Tapi, mata laki-laki paruh baya itu dibuat terbelalak ketika dilihatnya air terus bertambah hingga mencapai undakan masjid. “Banjir …. Banjir …. Banjir datang,” teriakan Maksan dari teras masjid disambut panik oleh orang-orang yang tengah terlelap. Berbondong-bondong mereka keluar. Maksan mencari Bardi di antara kerumunan orang-orang. Bocah itu langsung mendekap ayahnya. Butuh waktu lama agar warga pengungsi segera keluar dari masjid, mencari tempat aman. “Ke mana kita harus mengungsi?” “Apa masih ada masjid yang luput dari banjir?” Kepanikan merambati sekujur tubuh orang-orang sampai mereka menangis terisak-isak. Sebagian lari terbirit-birit, sebagian lagi memilih berdiam dalam masjid, berzikir pasrah, seperti siap menerima kematian apabila Izrail memang mau mencabut nyawa di antara banjir yang lambat laun masuk ke dalam masjid itu. Tiga puluh menit kemudian, air sudah mencapai lutut orang dewasa. Tubuh orang-orang bersila di dalam masjid hampir tenggelam oleh genangan air. Maksan berpandangan bingung melihat ruang dalam masjid dipenuhi air seutuhnya. “Kenapa Allah hendak menenggelamkan sendiri rumah-Nya?” Maksan menyimpan pertanyaan itu dalam dadanya. Pasti sebab banjir dikirim ke masjid didasari suatu hal. Di antara pikiran Maksan yang tak kunjung mendapat jawaban sebab musabab banjir dikirim ke masjid, ia mendengar jeritan orang-orang beristigfar, seakan ingat segunung dosa dan ingin menebusnya ketika itu juga. “Pertanda apakah ini, Pak?” Bardi, anak lelakinya, bocah tujuh tahun itu bertanya. Maksan menggeleng. Buru-buru mereka meninggalkan masjid, menerabas air yang makin meninggi setiap menitnya. Maksan gelisah. Sepanjang perjalanan mulutnya senantiasa beristigfar dengan air mata mengucur terus-menerus. *** Zainul Muttaqin Lahir di Garincang, Batang-batang Laok, Batang-batang, Sumenep, Madura, 18 November 1991. Menyelesaikan studi Tadris Bahasa Inggris di STAIN Pamekasan. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep, Madura. Cerpen dan puisinya tersiar di sejumlah media nasional dan lokal. Salah satu penulis dalam antologi cerpen Wanita yang Membawa Kupu-Kupu 2008, Dari Jendela yang Terbuka 2013, Cinta dan Sungai-sungai Kecil Sepanjang Usia 2013, serta Perempuan dan Bunga-bunga 2014. I Made Somadita, lahir di Tabanan, Bali, tahun 1982. Dia menempuh pendidikan seni ISI Denpasar dan sampai kini menetap di Bali. Soma pernah diundang sebagai seniman residensi di NuArt Sculpture Park Bandung, The Netherland Amsterdam Belanda, KIAR 2014 India, CAP Studio Chiang Mai Thailand, dan Reuinon Island Perancis. Dia juga seringkali menerima pembelajar seni secara privat.
Sampahplastik merupakan salah satu penyebab utama penyumbatan saluran air sehingga dapat menyebabkan banjir, khususnya di jalanan. Jakarta sebagai Ibu Kota negara harus bebas dari bencana banjir. Karena sebagai pusat pemerintahan sudah seharusnya, Jakarta menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan aktivitas kenegaraan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Banjir adalah salah satu bencana alam yang menjadikan kondisi daratan tergenang oleh aliran air dalam volume yang berlebihan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian banjir adalah "berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap, air yang banyak dan mengalir deras, serta peristiwa terbenamnya daratan karena volume air meningkat".Bencana banjir tidak hanya terjadi di perkotaan, daerah pedesaan yang memiliki wilayah resapan air yang luas pun dapat mengalaminya. Tentunya banjir di perkotaan dan pedesaan disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dan menimbulkan dampak kerugian yang berbeda pula. Saat ini Indonesia sedang mengalami banjir di berbagai daerah, salah satunya di daerah Jawa Timur khususnya Probolinggo. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meninjau titik-titik yang terdampak banjir akibat luapan Sungai Kedunggaleng, Kabupaten Probolinggo, Kamis 11/3/2021 sore. Seperti diketahui, curah hujan intensitas tinggi dan merata di daerah hulu Sungai Kedunggaleng pada Rabu 10/3/2021 sore, menyebabkan air sungai meluap dan menggenangi sejumlah jalan dan permukiman warga. Selain itu, banjir ini juga disebabkan sedimentasi dasar sungai dan sungai yang tidak mampu menampung debit air sungai yang sangat deras. Usai melakukan peninjauan, Gubernur Khofifah mengatakan bahwa ke depan Pemprov Jatim bersama Dinas PU Kabupaten Probolinggo akan segera membuat bronjong dan dengan BBWS Brantas akan segera membuat plengsengan permanen sebagai solusi penanganan banjir akibat luapan Sungai Kedunggaleng menyiapkan plengsengan permanen, orang nomor satu di Pemprov Jatim ini juga meminta pada seluruh warga untuk gotong royong mengaktifkan kembali relawan Jogo Kali serta tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini dikarenakan seringkali banjir terjadi akibat menumpuknya sampah di bantaran disebabkan karena faktor alam, tetapi peran manusia juga sangat berpengaruh dalam hal ini. Kebiasaan tidak baik yang sering dilakukan manusia adalah membuang sampah sembarangan bahkan sampai membuang limbah sampah ke sungai. Selain mencemari kondisi sungai, efek yang akan ditimbulkan dari hal itu akan sangat berbahaya untuk kedepannya seperti sekarang yang sedang terjadi banjir hanya itu, dalam mengatasi masalah banjir juga perlu dilakukan kegiatan dengan melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, serta masyarakat termasuk para relawan untuk saling membantu korban banjir dan ikut menyelasaikan masalah ini. "Untuk itu saya minta tolong teman-teman media menyampaikan pesan bahwa memang sungai ini harus dijaga. Termasuk ikut mengajak para relawan jogokali. Kemudian untuk sampah yang berasal dari material gunung misalnya, akan segera dilakukan antisipasinya komprehensif," selaku Gubernur Jawa Timur sudah berniat untuk mengantisipasi agar banjir yang terjadi dapat diatasi. Jika pemerintah bekerja sendiri tanpa bantuan rakyatnya, bagaimana program yang sudah direncanakan bisa terwujud. Dalam kondisi seperti ini, Indonesia sedang terus-terusan tertimpa musibah, bukan saatnya untuk egois menyelamatkan sendiri, tetapi ini saatnya kita bekerja sama atau gotong royong untuk memulihkan Negara saya, kesadaran masyarakat Probolinggo masih minim tentang membuang sampah. Seharusnya mulai dari diri sendiri kita terbiasa membuang sampah pada tempatnya. Kepedulian terhadap sesama untuk saling mengingatkan pun sangat mendukung untuk mencegah terjadinya banjir. Kita tidak bisa melakukan pencegahan sendiri karena yang hidup di bumi ini bukan hanya kita. Tindakan orang lain untuk membuang sampah pada tempatnya akan berpengaruh pada lingkungan yang kita tempati. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya Fenomenabencana banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan, dan luapan air sungai. Fenomena tersebut dipengaruhi oleh kegiatan manusia seperti pembuangan sampah di 2 saluran-saluran air yang mengakibatkan aliran sungai menjadi tersumbat oleh banyaknya sampah yang menumpuk. Sampah- sampah tersebut kemudian diangkut oleh truk milik Dinas Pekerjaan Umum yang memang sengaja didatangkan untuk mengangkut sampah sungai. Sungai pun kini tampak sangat bersih. Wali Kelas menjelaskan tentang arti pentingnya kebersihan sungai agar masyarakat di sekitar terbebas dari banjir saat musim hujan datang. . 479 190 189 89 33 85 399 371

cerpen tentang banjir karena sampah