Pengertian Ciri dan Dalil Tentang Wara`. 08.35 Guru Ngaji, Jurnal-Gurungaji, Pendidikan, Tasawuf No comments. 1. Definisi Wara’. Wara’ diambil dari kata yang terdiri dari huruf waw, ra’ dan ‘ain yang berarti menahan, mengepal. Menurut bahasa wara’ adalah menjaga kesucian yaitu menahan diri dari yang tidak pantas, maka dikatakan tawara Ibn Athaillah konsisten pada ajaran tasawuf akhlaqi dan bukan yang falsafi seperti corak tasawuf Abu Manshur al-Hallaj (w. 309 H.), Ibn Arabi (w. 632 H.), dan lain-lain. Ia berusaha untuk memadukan antara syariat dan hakikat. Ini terlihat ketika ia menafsirkan ayat al-Quran, iyyaka na ïbu wa iyyaka nastain. Mengutip buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali karya M. Abdul Mujieb, dkk., nafsu mutmainah tergolong ke dalam nafsu yang bersifat tenang, tenteram, dan damai. Nafsu ini dimiliki oleh orang mukmin pada tingkatan khawash (orang khusus) atau orang-orang yang dekat dengan Allah. Mahabbah adalah konsep tasawuf yang pertama kali dikenalkan oleh Rabiatul Adawiyah. Konsep ini kemudian dikenal dengan nama mahabbatullah yang artinya kecintaan kepada Allah. Secara bahasa, mahabbah berasal dari kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan, yang berarti mencintai secara mendalam atau kecintaan yang mendalam. Sejalan dengan apa yang disitir dalam Alquran, sebagaimana dijelaskan di atas, ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kontek Hadis. Umumnya yang dinyatakan sebagai landasan dan dasar ajaran-ajaran tasawuf adalah hadis-hadis berikut. مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya, (Ihyâ
Dalil Taaruf. Taaruf berasal dari kata “ta’rafa – yata’arafu” yang berarti “saling mengenal”. Di Al Quran, kita bisa menemukan kata itu dalam surat Al Hujurat ayat 13. Allah berfirman, “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku
. 270 18 186 199 459 132 286 378

dalil alquran tentang tasawuf